Tiga Kunci Sukses Studi Master di Luar Negeri

ujian-gis
Penulis saat ujian praktek GIS di Universitas Vechta (Jerman, November 2011)

Awalnya excited bisa merambah ke negeri orang. Setelah beberapa waktu kuliah, boom… materi kuliah menumpuk. Eh… sebagian besar kok ya tidak mudah dipahami. Bikin kepala makin pening. Esai, tugas presentasi, praktikum, dan berbagai aktivitas perkuliahan lainnya tanpa sadar membuat urat syarat terus menegang. Belum ditambah problem pribadi seperti homesick, galau karena jauh dari keluarga, dan berbagai faktor lainnya. Hari-hari kuliah pun lantas menjadi kian painful.

Apakah itu yang Anda alami? Hmm… mudah-mudahan tidak. Tapi kalau pun iya, ada beberapa hal yang bisa kita lakukan agar sukses studi master di luar negeri.

1. Manajemen manuver

Ambil contoh, selesai kuliah kita bengong karena ngga mudeng dengan penjelasan dosen. Maka, segera pikirkan manuver apa yang akan kita lakukan untuk mengatasi hal tersebut. Apakah meluangkan waktu satu jam di kos untuk me-review kembali poin-poin penting kuliah? Membuat catatan pertanyaan untuk ditanyakan pada sesi kuliah berikutnya? Menulis e-mail ke dosen tersebut untuk meminta penjelasan lebih? Bertanya ke rekan kuliah yang lebih pintar? Pergi ke perpustakaan untuk meminjam text book yang berkaitan dengan materi yang baru saja diajarkan? Googling materi terkait? Membentuk kelompok belajar sesama mahasiswa Indonesia? Atau apa?

Intinya, lakukan sesuatu! Bermanuverlah! Masalah biasanya muncul karena kita terbiasa melakukan – istilah kerennya – procrastination alias penundaan. Misalnya, ngga ngerti materi kuliah, istirahat dulu (tapi kelamaan). Dalam dua-tiga minggu, materi menggunung. Tahu-tahu, sudah mau ujian. Argh… terlalu banyak yang harus dipelajari!

So, kecerdasan dalam bermanuver mengatasi berbagai permasalahan spesifik yang muncul adalah kunci sukses pertama  πŸ˜‰

img_1217
Berusaha memahami materi kuliah dengan browsing dan membaca ulang slides kuliah, serta menuliskan kembali ringkasan materi di whiteboard dan kertas.

2. Manajemen keseimbangan

Tidak baik jika terus stress kuliah. Namun di sisi lain, menghabiskan terlalu banyak waktu dan energi dengan (misalnya) sibuk berorganisasi atau jalan-jalan dan “happy-happy” juga bukan pilihan yang bijak. Lantas bagaimana? Keseimbangan! Akan baik sekali kalau kita tahu kapan waktunya fokus ke studi, kapan bersosialisasi, kapan me time, dan kapan mengambil jeda sejenak dari rutinitas kuliah untuk meninjau kembali “peta perjalanan studi” kita.

3. Manajemen galau

Yang terakhir ini tidak kalah penting. Pasalnya, tiap orang punya situasi galaunya masing-masing. Yang pisah dengan keluarga di Indo, kangen. Yang bawa keluarga untuk tinggal bersama di luar negeri, banyak tersita perhatiannya untuk ngurusin keluarga (misal ngurus sekolah anak, cari tambahan duit buat menghidupi keluarga, dan lain sebagainya). Yang jomblo, galau jodoh. Yang pembawaannya ekstrovert, sibuk curhat soal ini-itu ke sana-sini. Yang introvert, diam mengurung diri di kamar sambil merenungi masalahnya sendiri.

Dalam soal bahasa Inggris, yang lemah di listening bolak-balik ngga ngeh dengan penjelasan dosen. Yang kacau di speaking, menyusun pertanyaan saja setengah mati. Yang muak dengan academic writing, bingung mau memulai tulisan dari mana dan langsung “macet” begitu mulai menulis. Yang males di reading, ogah baca jurnal-jurnal ilmiah.

Situasi-situasi tersebut tak jarang membuat kita menjadi frustrasi. Pada titik terburuk, dapat menggagalkan studi. Maka, sangat penting untuk memiliki a good frame of mind alias cara berpikir positif, serta menemukan cara untuk terus menyemangati diri sendiri.

Bagi penulis pribadi, melampiaskan kegalauan ke hal-hal yang positif selalu membantu. Contohnya: mencoba menulis blog, berbicara via WhatsApp dengan istri dan anak-anak, menelpon orang tua, meng-improve kemampuan menyunting video agar lebih professional look, merapikan file-file di laptop yang berserakan, mendengarkan ceramah Islam di YouTube, belajar bahasa Inggris dari para native speakers di YouTube, berkunjung ke sesama mahasiswa Indo untuk berdiskusi hal-hal yang bermanfaat, belajar menjadi chef dengan bumbu “suka-suka”, bekerja paruh waktu (memang cape, tapi galau ternetralisir dan dapet duit pula), jalan-jalan sambil mencoba lebih familiar dengan kota tempat kita tinggal, searching tiket murah untuk pulang ke Indo, dan lain sebagainya.

Mungkin itu dulu. Semoga sukses kuliahnya  πŸ˜‰

 

Tinggalkan komentar